Jumat, 25 November 2011

Pengkajian Pada Sistem Muskuloksletal



A.     Pengkajian fisik system musculoskeletal
Pengkajian fisik sistem muskuloskeletal terdiri dari :
1.      Kemampuan dasar fungsional.
2.      Inspeksi dan palpasi.
Untuk mengetahui integritas tulang, postur, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan dan kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari.
3.      Perkusi dan auskultasi.
Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya cairan dalam rongga sendi dan auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada vaskuler dan krepitasi.
B.      Pengkajian skelet tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut.


C.      Mengkaji tulang belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang leher dan pinggang.
Deformitas tulang belakang meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis.
Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan  abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

D.     Mengkaji sistem persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan benjolan.
Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas. Yang disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya. Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Inspeksi persendian dan bandingkan secara bilateral. Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan, pembesaran / deformitas. Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan tenderness. Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut  saat bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi), subluksasi (lepasnya sebagian  permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi, dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga memerlukan alat penyokong eksternal ( misalnya brace).
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi), pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar. Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.

E.      Mengkaji sistem otot
Dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan koordinasikan ukuran otot. Kelemahan otot menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot. Ukuran kekuatan otot dengan gradasi dan metode berikut :
0 (zero)   : Tidak ada kontraksi saat dipalpasi, paralysis.
1(trace)  : Terasa adanya kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan.
2(poor)   : Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan ROM secara penuh.
3(fair)     : Dapat melakukan  ROM secara penuh dengan dengan melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan.
4(good)   :  Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan tahanan yang sedang.
5(normal): Gerakan ROM penuh dengan melawan gravitasi dan tahanan.
Klonus otot (kontraksi ritmik otot) dilakukan dengan dorsofleksi mendadak. Fasikulasi (kedutan kelompok otot tertentu secara involunter).
Gambar Illustrasi

F.       Mengkaji cara berjalan
Pengkajian dilakukan dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai seberapa jauh, pemeriksa memperhatikan cara berjalan, kehalusan dan irama. Gerakan yang tidak teratur dan regular ( lansia) dianggap abnormal. Bila pincang kemungkinan karena nyeri akibat menyangga beban tubuh dan dari kasus ini pasien menunjukkan lokasi rasa tidak nyaman, untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya. Bila ekstremitas yang satu lebih pendek dari ekstremitas yang lain terlihat pincang saat pelvis pasien turun ke bawah, disisi yang terkena, setiap kali melangkah. Keterbatasan gerak sendi mempengaruhi cara berjalan.
Kondisi neurologis yang mengakibatkan cara berjalan abnormal misal cara berjalan spastic hemiparesis pada pasien stroke, cara berjalan selangkah-selangkah pada pasien lower motor neuron, cara berjalan bergetar pada pasien parkinson.
Gambar Ilustrasi


G.     Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Mengkaji kulit dengan menginspeksi kulit dan palpasi kulit apakah tersa dingin atau panas?, apakah ada edema?. Mengkaji sirkulasi perifer dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu,waktu pengisian kapiler. Adanya luka, memar, perubahan warna kulit, penurunan sirkulasi perifer dan adanya infeksi akan mempengaruhi penatalaksanaan keperawatan.

sumber:
Depkes RI, Asuhan Keperawatan sistem muskuloskeletal
Doenges, (2005) Rencana Asuhan Keperawatan

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...