Rabu, 26 Oktober 2011

Pengkajian Assertifitas

Pengkajian ini untuk mengetahui apakah Anda seorang yang Asertif Atau tidak? JAWABLAH PERTANYAAN – PERTANYAAN BERIKUT DENGAN YA ATAU TIDAK.
 A. JENIS VERBAL DAN NON VERBAL
1. SAYA SELALU MENYAMPAIKAN APA YANG SAYA INGINKAN
2. DALAM BERBICARA DENGAN ORANG LAIN, SAYA MENATAP LAWAN BICARA SECARA LANGSUNG
3. SAYA BICARA CUKUP LANTANG DAN MANTAP
4. SAYA BICARA TO THE POINT
5. SAYA TIDAK PERNAH MENYESL TERHADAP SESUATU YANG SAYA BUAT/ KERJAKAN 6. SAYA BICARA CUKUP JELAS, SINGKAT DAN BERMAKNA

 B. JENIS ORIENTASI AKTIF
1. SAYA MENYUKAI PEKERJAAN SAYA
2. SAYA MENGEMUKAKAN IDE-IDE BARU, PROSEDUR BARU ATAU TEORI
3. SAYA BEKERJA DENGAN KAPASITAS PENUH
4. SAYA KEMUKAKAN KEPADA SEJAWAT APA YANG SAYA HARAPKAN DARI MEREKA
5. SAYA TANYAKAN KEPADA SEJAWAT SAYA APA YANG MEREKA HARAPKAN DARI SAYA
6. SAYA BERUSAHA APA YANG SAYA INGINKAN DAPAT TERCAPAI

 C. KEBIASAAN BEKERJA
1. SAYA MERENCANAKAN HARI KERJA SAYA SEHINGGA HASILNYA DAPAT MEMUASKAN
2. SAYA MAMPU MENGATAKAN PADA ORANG LAIN BATASAN – BATASAN GANGGUAN YANG DAPAT MEREKA LAKUKAN TERHADAP SAYA
3. SAYA DAPAT BERKONSENTRASI PADA SUATU PEKERJAAN PADA SATU WAKTU
4. SAYA RENCANAKAN TUGAS- TUGAS KERJA SAYA SEHINGGA DAPAT TERSELESAIKAN DENGAN STRESS MINIMAL
5. SYA RENCANAKN TUJUAN SAYA SEHINGGA DAPAT TERCAPAI DENGAN STRESSS MINIMAL
6. SAYA RENCANAKAN PEKERJAAN SAYA UNTUK KEPUASAN SAYA SENDIRI

 D. KONTROL TERHADAP KECEMASAN DAN KETAKUTAN
1. SAYA DAPAT MEMINTA UNTUK PENAMBAHAN PENINGKATAN ATAUPUN PENGURANGAN BEBAN KERJA SESUAI DENGAN KAPASITAS
2. SAYA DAPAT MEMBATASI TUNTUTAN SAYA TERHADP ORANG LAIN YANG SAYA TIDAK INGINKAN UNTUK DIKERJAKAN
3. KADANG – KADANG SAYA DATANG PADA SUATU KEGIATAN TERLAMBAT DAN MENINGGALKAN LEBIH DULU TANPA MENCARI – CARI ALASAN
4. SAYA DAPAT MELAKUKAN KONFRONTASI TERHADAP PERSOALAN – PERSOALAN DITEMPAT KERJA DARIPADA MENYIMPANNYA DAN MENJADI BEBAN
5. SAYA DAPAT MEMBUAT PERMINTAAN YANG BERALASAN DARI ORANG LAIN TANPA MERASA BERSALAH
6. SAYA DAPAT MENGHARGAI KELEBIHAN TANPA MALU ATAU MENGHINDARINYA
7. SAYA DAPAT MENDENGARKAN PENDAPAT ORANG LAIN TENTANG KESALAHAN YANG SAYA LAKUKAN TANPA MERASA TERSINGGGUNG
8. SAYA DPAT BERBICARA DALAM SUATU KELOMPOK TANPA MENGALAMI GUGUP
9. SAYA DAPAT MENGEMUKANAN PANDANGAN SAYA TANPA DIDAHULUI KOMENTAR SEPERTI “ MUNGKIN INI TIDAK BENAR, TETAPI….”
10. SAYA DPAT MENYATAKAN PADA ORANG LAIN PADA SAAT SAYA MARAH
11. SAYA MERASA NYAMAN DENGAN ATASAN SAYA 12. SAYA TIDAK TAKUT UNTUK TIDAK DISUKAI
13. SAYA DAPAT MENERIMA KEGAGALAN SAYA
14. SAYA TIDAK DAPAT MENERIMA KEGAGALAN ORANG LAIN
15. SAYA DAPAT MENGATASI PADA SAAT SAYA DIREMEHKAN
16. SAYA DAPAT TETAP TENANG KETIKA ORANG LAIAN MEREMEHKAN PEKERJAAN SAYA
17. SAYA DAPAT MENJALANI STRESS TANPA MENGALAMI SAKIT KEPALA, DIARE, SULIT MAKAN/ TIDUIR, DSB
18. SAYA DAPAT MENAHAN DIRI KETIKA ORANG LAIN MENGGODA SAYA
19. SAYA DAPAT MENGAMBIL RESIKO YANG BERALASAN TANPA TAKUT GAGAL/ DIPECAT

 E. BERHUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN
1. SAYA DAPAT MENGATAKAN “TIDAK” PADA ORANG LAIN
2. SAYA DAPAT MENGENDALIKAN KEMARAHAN ORANG LAIN
3. SAYA DAPAT BEKERJA DENGAN ORANG LAIN TANPA MENGGERUTU
4. SAYA DAPAT BEKERJA DENGAN ORANG LAIN TANPA MEMBUAT MEREKA MERASA BERSALAH
5. SAYA DAPAT MENGINGATKAN ORANG LAIN TENTANG DEADLINE/ BATAS WAKTU
6. SAYA DAPAT MENGENDALIKAN DIRI TERHADAP HAL – HAL NEGATIF TENTANG SAYA YANG DIKEMUKAKAN ORANG LAIN TANPA MENOLAK ATAU MEMBERIKAN REAKSI SECARA BERLEBIHAN

 F. NEGOSIASI DALAM SISTEM
1. SAYA TAHU NORMA-NORMA DAN KETERBATASAN DLAM PEKERJAAN SAYA
2. SAYA MERASA NYAMAN DALAM MELAKUKAN NEGOSIASI DENGAN SISTEM KERJA
3. SAYA TAHU BAGAIMNA MENGENALKAN PERUBAHAN – PERUBAHAN SECARA EFEKTIF
4. SAYA DAPAT BICARA KEPADA TEMAN SEJAWAT ATAUPUN ORANG LAIN DARI DISIPLIN YANG BERBEDA

 ITEM NILAI KETERANGAN
A 5 – 6, 3 – 4 <  3 ASERTIF MENUJU ASERTIF TIDAK ASERTIF

B 5 – 6 3 – 4 < 3 ASERTIF MENUJU ASERTIF TIDAK ASERTIF

C 5 3 – 4 < 3 ASERTIF MENUJU ASERTIF TIDAK ASERTIF

D 11 – 19 5 – 10 1 - 4 ASERTIF MENUJU ASERTIF TIDAK ASERTIF

E 5 – 6 3 – 4 < 3 ASERTIF MENUJU ASERTIF TIDAK ASERTIF

F 4 2 – 3 1 ASERTIF MENUJU ASERTIF TIDAK ASERTIF

Minggu, 23 Oktober 2011

Stikes, Studi Guide Blok XIII Muskuloskeletal

I. INTRODUKSI Mata ajaran ini membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi pada usia anak, dewasa, ibu hamil dan gerontik akut, maupun kronik yang meliputi gangguan fungsi tubuh mencakup gangguan sistem Muskuloskletal dan ilmu-ilmu yang terkait : anatomi, fisiologi, biokimia, fisika, patofisiologi. Metodologi keperawatan, issue etik keperawatan, farmakologi, dokumentasi keperawatan, penelitian, tumbuh kembang yang berkaitan dengan sistem muskuloskeletal.
II. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal pada segala usia dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan. III. KOMPETENSI DASAR 1. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep patofisiologi pada sistem muskuloskeletal 3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip body mekanik dan body alignment dan aplikasinya dalam asuhan keperawatan 4. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada system musculoskeletal dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi , implementasi dan evaluasi. 5. Mahasiswa dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan 6. Mahasiswadapat menerpkan nilai profesional dan etika profesi keperawatan dalam memberikan asuhan 7. Mahasiswa dapat melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat terkait dengan gangguan sistem muskuloskeletal 8. Mahasiswa dapat melakukan riset keperawatan sederhana yang menunjang pada sistem muskuloskeletal IV. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti berbagai kegiatan akademik pada blok ini, maka diharapkan mahasiswa : 1. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal pada setiap tahap perkembangan. 1. Mampu mengelola klien dengan masalah / gangguan sistem muskuloskeletal pada setiap tahap perkembangan. 2. Mampu memberikan penyuluhan / pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal pada setiap tahap perkembangan. 3. Mampu menganalisa perubahan yang terjadi pada klien yang mengalami gangguan/perubahan sistem muskuloskeletal pada setiap tahap perkembangan. 4. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada keluarga di masyarakat dengan memperhatikan etik dan nilai-nilai social budaya serta keyakinan klien melalui komunikasi yang efektif dan terapeutik V. JENIS KEGIATAN Kegiatan blok ini terdiri dari diskusi tutorial, kuliah, diskusi, skill practice dan kunjungan dan kegiatan lapangan (rumah sakit) dengan penugasan. Sebelum kegiatan tersebut dilakukan, mahasiswa diminta membuat kontrak belajar yang berisi tanggung jawab dalam kedisiplinan, berperilaku dan penyelesaian tugas-tugas tertentu. Untuk lebih detailnya kegiatan-kegiatan selama blok ini akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Diskusi Tutorial Kegiatan diskusi tutorial merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran metode problem based learning. Dalam kegiatan diskusi tutorial mahasiswa dihadapkan pada masalah yang terkait dengan blok. Masalah tersebut ditampilkan dalam skenario yang mengangkat kasus tertentu. Kegiatan diskusi dilakukan seminggu tiga kali. Pertemuan pertama hanya melakukan brainstorming untuk mengidentifikasi istilah atau key word dan menetapkan masalah serta membagi tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memahami masalah. Pada pertemuan kedua diskusi mahasiswa mulai menyampaikan pendapat dan melontarkan jawaban berdasarkan referensi sesuai dengan tugasnya. Pertemuan terakhir mahasiswa menyelesaikan pertanyaan yang belum terjawab sekaligus melakukan pendalaman dan critical appraisal. 2. Kuliah Kuliah diberikan sesuai dengan jadwal dengan total jam 3 minggu sebesar 14 jam tatap muka. Tujuan kuliah adalah untuk memberikan dasar pemahaman atau konsep ilmu tertentu yang sangat penting dalam membantu mahasiswa memahami masalah atau skenario. Kuliah ini diberikan oleh pakar di bidangnya masing-masing sesuai dengan topik kuliah dalam rangka mendukung pencapaian kompetensi dalam blok. 3. Jigsaw Tujuan dilakukan jigsaw agar mahasiswa mampu menyampaikan sesuatu meteri secara jelas, menjawab pertanyaan yang diajukan. Sehingga mahasiswa akan terbiasa menyampaikan dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasien atau kelurgannya secara ilmiah. 4. Skill Practice Kegiatan skill practice/ latihan ketrampilan bertujuan untuk memberikan berbagai ketrampilan yang relevan dengan tema blok. Ketrampilan tersebut sangat diperlukan nantinya dalam menjalankan perannya di pelayanan keperawatan/ masyarakat kelak baik sebagai tenaga kesehatan maupun anggota masyarakat. Dalam blok sistem muskuloskeletal akan diberikan beberapa latihan ketrampilan seperti komunikasi efektif dalam memberikan informasi, membuat keputusan kolaborasi dan kerjasama dengan sejawat. 5. Kegiatan Lapangan Tujuan kegiatan lapangan blok sistem muskuloskeletal adalah setiap hari 3 hari pada minggu ketiga. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali mahasiswa dengan nilai-nilai islam yang sesuai dengan profesi ners. Kegiatan lapangan dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan : 6. Kultum 7. Membaca Al-Qur’an 8. Sholat berjama’ah 9. Simulasi Kasus VI. TUGAS DAN KEWAJIBAN MAHASISWA Dalam proses diskusi tutorial mahasiswa memegang peran utama. Dalam PBL mahasiswa ditempatkan sebagai individu yang tahu kebutuhan belajarnya sehingga mereka harus bisa memanfaatkan sumber belajar dengan baik seperti buku, internet, pasien, dosen dan jurnal. Metode PBL menerapkan konsep student center learning dimana mahasiswa sebagai subyek pendidikan harus aktif dalam belajar mandiri secara individu dan kelompok dalam memahami masalah atau skenario. Mahasiswa tidak terbatas hanya mendapatkan materi ilmu pengetahuan dari dosen. Dosen hanya menjadi salah satu sumber belajar dari sekian banyak sumber belajar yang tersedia. Mahasiswa harus dituntut aktif untuk membaca dan mengakses informasi sesuai dengan tujuan belajar dalam blok untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Dengan adanya skenario yang berisi masalah dalam praktek ners diharapkan akan mendorong mahasiswa untuk menelusuri referensi sebanyak mungkin sehingga bisa mengembangkan pengetahuan mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa juga dituntut untuk selalu antusias dalam membaca buku referensi dan mampu memotivasi diri untuk selalu belajar. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang mahasiswa untuk menunjang keberhasilan diskusi tutorial adalah sebagai berikut : a. Membaca dan memahami tujuan blok ini. b. Membaca dan memahami scenario yang sudah diberikan dengan cermat, sehingga mampu menentukan prioritas masalah yang dihadapi c. Menetapkan prioritas masalah yang dihadapi d. Mengemukakan pendapat sebanyak-banyaknya tentang kemungkinan penyebab masalah tersebut dan mencari jalan keluarnya e. Mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut f. Membuat simpulan tentang apa yang didiskusikan g. Selalu melakukan re-check atas hasil diskusi dengan referensi h. Aktif dan terampil dalam mengemukakan pendapat dan gagasan i. Mengerjakan tugas yang diberikan tutor untuk pengayaan materi VII. TUTOR Dalam kegiatan diskusi tutorial, tutor berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran mahasiswa. Tutor tidak harus seorang ahli mengenai masalah yang dibahas dalam diskusi akan tetapi tutor berperan dalam memandu mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi tutor dan mahasiswa harus berjalan intensif yang diperlukan dalam menciptakan dinamika kelompok yang baik. Tutor perlu membekali diri dengan beberapa hal penting demi kelancaran diskusi dan tercapainya kelompok yang efektif. Diantara bekal yang penting itu antara lain : a. Dasar-dasar pendidikan secara teori atau praktek b. Memahami dinamika kelompok c. Memahami penilaian belajar, baik dasar penilaian, metode penilaian atau evaluasi d. Memahami sumber belajar dan cara mengakses informasi dengan cepat dan tepat e. Ketrampilan manajerial VIII. SEVEN JUMPS Untuk melaksanakan Problem Based Learning, ada 7 langkah (seven jumps) yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketujuh langkah tersebut adalah 1. Identifikasi dan klarifikasi istilah dalam skenario. 2. Menetapkan masalah. Masalah adalah hal apapun dalam skenario dan yang berkaitan, yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan, pernyataan atau hipotesis. 3. Menganalisis masalah (merinci dan menjelaskan masalah dengan brainstorming berdasar prior knowledge) 4. Mengorganisir penjelasan masalah secara skematik (mind mapping, flowchart, dll bukan narasi) 5. Menetapkan tujuan belajar 6. Belajar mandiri. Untuk mencapai tujuan belajar berdasar sumber informasi 10. Memaparkan, membahas, dan menata kembali informasi yang diperoleh. IX. EVALUASI DAN SISTEM PENILAIAN Pada prinsipnya sistem penilaian dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi oleh mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang dinilai meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sistem penilaian bersifat proporsional artinya penilaian pencapaian kompetensi oleh mahasiswa dalam satu kegiatan pembelajaran sesuai dengan prosentase distribusi tujuan pembelajaran blok dalam tiap kegiatan blok. Penghitungan nilai akhir blok dilakukan secara digital dengan program komputer dengan soft ware yang khusus dibuat untuk format penilaian X. KOMPONEN PENILAIAN Nilai yang diperoleh mahasiswa berupa nilai blok (untuk bidang yang berkaitan dengan keperawatan) dan nilai mata kuliah. Nilai blok diperoleh setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh kegiatan pembelajaran dalam blok tertentu. Komponen nilai blok adalah sebagai berikut : Nilai Akhir Blok (NA)= NTx25%+NP/TxI15%+NS/Kx15%+NSx10%+NRx15%+NO25% - Berasal dari kuliah kehadiran/ceramah/ diskusi/terutama untuk soal-soal ujian, diskusi kelompok, praktikum, kegiatan pengenalan klinik atau penugasan. - Jumlah soal dari masing-masing materi tersebut berdasarkan prosentase distribusi tujuan pembelajaran blok ke dalam kegiatan blok. - Penanggung jawab : Tim Blok a. Nilai Tutorial - Persentase : 25 % dari blok - Laporan 7 , 4 lapaoran kasus, 3 laporan jigsaw. - Kehadiran tutorial 75 % sebagai syarat untuk penilaian tutorial - Penilaian dilakukan selama proses diskusi yang dibimbing oleh tutor - Penanggung jawab : Tutor Kehadiran kurang dari 75% mahasiswa tidak mendapatkan nilai tutorial b. Nilai Paper/ Tugas Individu : - Persentase : 15 % dari blok - Paper individu materi 5 paper. - Penanggung jawab : Tutor c. Nilai Seminar/Kelompok - Persentase : 10 % dari blok. - Presentasi 1 kali - Penanggung jawab : Dosen pembimbing d. Nilai Kegiatan Lapangan (Sholat Berjama’ah). - Sholat Jama’ ah minimal 2 kali perminggu selama 3 minggu. - Resume kultum minimal 1 kali perminggu selama 3 minggu. - Persentase : 10 % dari nilai blok - Penanggung jawab : Tutor e. Ujian Responsi (UR) - Responsi 1 kali perminggu selama 3 minggu - Persentase : 15% - Syarat kehadiran mahasiswa 75% . - Jumlah soal 6 kasus : 6 kasus sistem Muskuloskeletal - Materi soal dari kuliah dan diskusi tutorial. - Penanggung Jawab : Tutor f. Ujian Objective Skill Comprehensive Assesment (OSCA) NO 25% - Ujian Osca dilaksanakandi akhir minggu ke III REFERENSI Gatford, J. & Anderson, R. (1998). Nursing calculations. (5th ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta Rauf , Syarifuddin, 2002, Catatan Kuliah Nefrologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UH : Makssar Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Volume 2, EGC : Jakarta Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989) Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical–surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999) Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992) Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1993) Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan 2001 ) McFarland, G. & McFarlane, E. (1997). Nursing diagnosis & intervention: planning for patient care. (2nd ed.). St Louis: Mosby. Crisp, J., & Taylor, C. (2001). Potter & Perry’s fundamentals of nursing. Sydney: Mosby. Lewis, S., Heitkemper, M. & Dirksen, S. (2000). Medical-surgical nursing assessment and management of clinical problems. St Louis: Mosby. Galbraith, A., Bullock., & Manias, E. (2001). Fundamentals of pharmacology. (3rd ed) French’s Forest: Prentice Hall.

Change of Life

Life like a drink a water. every day flow and flow. If the flow is slowly maybe life is slowly to, but if you run life like a run to... so. In your life must be fulfilled in every second with something

Sabtu, 22 Oktober 2011

Kopi Arab sebagai Obat Raja Singa

Siapa yang tidak mengetahui penyakit raja singa. Penyakit raja singa adalah penyakit yang sering diderita oleh pria yang umumnya oleh karena perilaku seksual yang menyimpang atau perilaku sek dengan ganti pasangan. Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit kelamin gonorhoe (GO). Transmisi penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual dari orang yang tertular dan menularkan kepada pasangan sexsual lainnya ketika berhubungan intim. Salah satu faktor kebersihan kelamin  menjadi bagian dari penyakit ini.

Bagaimanakah cara pencegahannya?
Cara pencegahan penyakit ini adalah:
1. Hindari melakukan hubungan seksual dengan ganti-ganti pasangan. selain itu menurut Agama Islam ganti-ganti pasangan yang bukan haknya adalah dosa besar. Jadi ingatlah bahwa ketika ganti-ganti pasangan secara tidak sah adalah DOSA.
2.  Membersihkan badan terutama kelamin sebelum melakukan hubungan seksual. Mandi dengan bersih menimbulkan rasa yang segar di tubuh sehingga gairah sek akan meningkat ketika melakukan hubungan seksual.
3. Bagi laki-laki pakaialah alat pelindung seperti kondom. Gunakan kondom dengan benar dan tata cara yang benar. Ikuti petunjuk pemakaian kondom di kemasan kondom. Pasti Ada!
4. Tidak melakukan oral sex. Oral sex dapat menularkan kuman lebih dari 100x lipat kejadian penyakit kelamin, karena dalam mulut banyak sekali bakteri-bakteri yang sesungguhnya bermanfaat untuk menguraikan makanan. akan tetapi bila salah tempat maka bisa berabeh.

Semoga bermanfaat....

Jumat, 21 Oktober 2011

Tato dan Efek sampingnya terhadap Tubuh ..

Tato yang memang identik dengan maco ataupun kegagahan dan juga menurut sebagian orang mengatakan bahwa itu merupakan seni, tapi ada juga yang mengatakan bahwa itu merupakan hal yang menunjukkan kenakalan seseorang. Terlepas dari itu semua ternyata ada resiko dibalik menato tubuh anda. Tetapi mulai sekarang harus berhati-hati dan patut memperhatikan dengan mentato tubuh. Berikut ini 5 Resiko Menato Tubuh yang harus Anda perhatikan dikutip dari Kompas.
1. Alergi Penggunaan peearna pada saat menato bisa menyebabkan reaksi berupa alergi pada kulit. Biasanya akan ada rasa gatal pada bagian yang ditato. Jangan di kira ini hanya berlangsung sesaat, tapi hal ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun. 2. Infeksi Penggunaan peralatan Tatto yang kurang bersih bisa menimbulkan infeksi pada kulit tandanya seperti kulit memerah, bengkak, sakit dan bernanah. 3. Benjolan Pada Kulit Benjolan yang berada di sekitar area tato disebut dengan granulomas, tak hanya itu saja ternyata Tato juga mendorong pertumbuhan keloid atau jaringan kulit tambahan yang tumbuh dibekas luka. 4. Penyakit yang dibawa dari darah Jika peralatan kurang steril juga bisa menyebabkan tertular penyakit yang dibawa dari darah, contohnya HIV, tetanus dan lain-lain. 5. Komplikasi MRI Tato bisa menimbulkan bengkak atau kulit terbakar saat orang yang ditato menjalani pemeriksaan MRI. Pemeriksaan MRI ini menggunakan medan magnetik kuat dengan teknologi terkomputerisasi untuk menghasilkan gambaran detail dari organ dan jaringan lunak dalam tubuh lainnya. Akan tetapi penyakit yang disebabkan oleh Tato tersebut tetap bisa disembuhkan dengan

Kiat Mudah hilangkan Bentolan akibat Gigitan Nyamuk

REPUBLIKA.CO.ID, Nyamuk, selain suaranya yang mengganggu tidur di malam hari, gigitannya juga membuat kulit menjadi gatal.
Salah-salah, jika kita menggaruk, kulit menjadi terluka. Anak-anak berekasi lebih parah terhadap gigitan nyamuk dibandingkan orang dewasa. Ada sekitar 3500 jenis nyamuk. Beberapa jenis itu memakan darah manusia. Nyamuk betina merupakan salah satu jenis yang memerlukan nutrisi tertentu dari darah untuk bisa bertahan hidup. Mereka memiliki hidung seperti jarum yang digunakan untuk mengumpulkan darah 'korban'. Luka terbuka, lebih rawan digigit nyamuk. Nyamuk biasanya menyntikkan air liur sampai menembus kulit. Air liur ini mengandung bahan kimia yang dikenal sebagai antikoagulan yang bisa menghambat pembekuan darah, sehingga luka tak kunjung kering. Bahan kimia dalam air liur nyamuk yang tertinggal ini menyebabkan respon alergi ringan berupa tanda merah dan gatal setelah beberapa jam, bahkan sampai beberapa hari. Untungnya, ada beberapa tips yang bisa dicoba untuk mengurangi gatal-gatal karena digigit nyamuk. 1. Campurkan dua cangkir cuka putih ke dalam bak yang berisi air panas. Anda bisa berendam selama 20 menit. Air panas yang ditambah cuka membantu mengurangi gatal. Selain itu, anda juga bisa mengoleskan cuka menggunakan cotton buds pada bekas gigitan yang masih terasa gatal. 2. Ampas teh kemasan yang sudah dipakai juga bisa mengurangi gatal, dengan mengoleskannya ke kulit. Kandungan tannin yang masih ada di dalam teh bisa digunakan untuk melawan alergi. 3. Gunakan minyak pohon teh untuk dioleskan di bekas gigitan. Banyak ditemui di toko kesehatan, atau dijual online. Minyak pohon teh berfungsi sebagai antiseptik dan antibiotik ampuh untuk mengurangi rasa gatal dan menyengat. 4. Tempelkan es di kulit yang gatal. Dinginnya es bisa membuat mati rasa untuk sementara waktu. Selain itu juga bisa mengurangi efek ‘air liur nyamuk’ yang disimpan dibawah kulit. 5. Bisa juga membuat penangkal gatal dengan daun lavender, kemangi atau pisang. Basahi dan hancurkan, oleskan pada bekas gigitan nyamuk.

Care Your Mindset (Pelihara Pikiran Anda)

Ya peliharalah pikiran Anda!.. Pikiran yang bagaimana? Pikiran yang selalu merubah sikap pasif menjadi aktif, negatif menjadi positif. Pendahulu kita telah menuliskan berbagai hal tentang kekuatan berpikir positif. Namun demikian ada beberapa penulis bahwa kekuatan pikiran positif bersumber dari hal-hal yang dipikirkan, sehingga kekuatan pikiran tersebut menjadi sebuah pikiran yang kurang didasari dan dilandasi oleh sikap Ketuhanan Yang Maha Esa... Salah satu penulis terkenal Keith Harrel, 10 Langkah mengubah sikap menjadi Tindakan dalam buku aslinya Attitude is Evething berjudul 10 life Changing Steps to turning Attitude to Action nya disebutkan: 1. Sikap adalah segalanya, memahami kekuatan sikap adalah hal yang pertama dilakukan untuk mengubah sikap menjadi tindakn.langkah kunci ini adalah fondasi untuk sembilan langkah lain. sikap berdampak pada segala yang Anda lakukan disini saya tambahkan banya sikap positif merupakan bagian dari Ibadah, Ibadah kepada sesama dan bagi Tuhan Yang Maha Esa 2. Sikap adalah Pilihan, Bertanggungjawab terhadap hidup Anda, langkah kedua membantu Anda mengenali bagaimana pilihan Anda hari ini mempengaruhi kesuksesan Anda esok hari. Bertanggungjawab dan tetap terkendali adalah pilihan sikap. Langkah ini mengubah sikap menjadi Tindakan. Lakukan dengan segala sesuatu tindakan dengan niat yang tulus.
3. Buang sikap buruk Anda, Melalui kesadaran diri, kenali sikap yang mendorong Anda ke depan ataupun yang menarik Anda ke belakang. Anda akan mempelajari bagaimana mengubah titik balik ,menjadi titik belajar untuk membantu mengubah sikap menjadi tindakan. Prinsip disini adalah instrospeksi diri, ingat akan dosa yang pernah dilakukan dan bertobatlah segera mungkin. 4. Ganti sikap buruk dengan sikap baik, Langkah ini akan menunjukkan perubahan perspektif akan mengubah sikap Anda, dan itu membantu Anda mengubah sikap menjadi tindakan. 5. Ubah sika menjadi tindakan 6. Awas: Bencana sikap 7. Peralatan Sikap 8. Bangun A. Team 9. Kembangkan Sikap apapun resikonya 10. Buatlah tanda yang tak terhapuskan Buku ini sangat bagus dalam mengungkapkan lebih banyak sisi kehidupan manusia dengan segala aktifitasnya,

Kanker Payudara Pembunuh Wanita Nomor Satu di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kanker payudara saat ini menjadi pembunuh nomor satu wanita Indonesia. Hal ini dikatakan dokter onkologi RSPAD Gatot Soebroto, dr Saptadi Setia Basuki Sp.B Onk. "Sampai sekarang belum ada berapa angkanya. Yang jelas saat ini posisinya ada di atas kanker serviks," ujarnya dalam acara, "Deteksi Dini Kunci Pencegahan dan Penanganan Kanker Payudara." Kanker ini mayoritas menyerang kaum hawa. Saptadi mengatakan, hal ini diakibatkan hormone esterogen yang ada pada wanita. Esterogen ini akan membentuk ikatan dengan sel kanker yang tumbuh. Umumnya kanker ini menyerang wanita berumur di atas 35 tahun. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan. Apalagi penyakit ini muncul tanpa gejala. "Pasien biasanya baru memeriksakan diri setelah memasuki stadium lanjut," kata Saptadi. Menurutnya, sekitar 50 persen pasien yang periksa ke dokter setelah ada rasa sakit, atau terjadi perubahan pada payudaranya. Perubahan ini bisa pada warna kulit, puting susu yang masuk ke dalam, atau cairan keluar dari puting susu. "Padahal, kalau sampai terjadi perubahan, berarti kankernya sudah pada stadium lanjut. Mungkin stadium dua atau tiga,” jelasnya. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada payudara atau ketiak. Saptadi menyarankan untuk segera memeriksakan diri begitu dirasa ada benjolan di daerah tersebut. Benjolan pada ketiak merupakan indikasi sel kanker sudah menyebar ke organ yang lain. Semakin cepat memeriksakan diri, maka proses pengobatan bisa sesegera mungkin dilakukan. Penderita kanker stadium awal memiliki kesempatan hidup 100 persen pada lima tahun kehidupan berikutnya. Sedangkan kanker stadium dua memiliki daya survival 70 sampai 80 persen. Stadium tiga dan empat memiliki daya hidup paling kecil, yaitu 40 dan 20 persen. Sehingga makin cepat diperiksa, kesempatan hidup juga lebih besar. Para penderita kanker payudara stadium awal juga berkesempatan melakukan breast conservation. Pada operasi ini yang diangkat hanya sel kankernya, bukan seluruh payudara. Syarat untuk operasi ini adalah ukuran tumor maksimal tiga sentimeter, kemauan pribadi pasien, bersedia melakukan kontrol rutin, dan lokasi pertumbuhan tumor terlokalisir. sumber:http://id.she.yahoo.com/kanker-payudara-pembunuh-nomor-satu-wanita-indonesia-144116156.html

Selasa, 18 Oktober 2011

Tips Sehat Bagi Si Tukang Kerja Keras

Heeem hari gini masih kerja keras???
Pecandu kerja alias workaholic memang tak sehat. Mungkin Anda jadi jauh dengan keluarga gara-gara lebih sering menghabiskan waktu di tempat kerja. Namun, di zaman sekarang, jika tak bekerja lebih keras, mungkin sulit untuk bertahan di tengah kompetisi globalisasi. Begini cara menjadi pecandu kerja yang sehat: 1. Luangkan Waktu untuk Olahraga Punya jadwal teratur untuk olahraga dapat menjaga suasana hati di kantor saat sedang memanas. Olahraga tak hanya menjaga bentuk tubuh tetap indah, tetapi juga meringankan ketegangan di otot dan merilekskan pikiran. Usahakan bangun lebih pagi untuk lari di mesin treadmill sambil menonton berita pagi. 2. Bikin Spa di Kantor Memang penting untuk tetap rileks sepanjang hari. Pijat adalah cara terbaik untuk mengenyahkan ketegangan di tubuh. Jika sulit untuk keluar kantor, cobalah mesin kursi pijat yang banyak ditawarkan di mal. Beli satu dan letakkan di kantor. Duduklah dan biarkan mesin bekerja ketika stres dan ketegangan sudah tak tertahankan lagi. 3. Pilih Minuman Hangat Para pecandu kerja tahu bahwa kafein dapat membuat mereka tahan kerja lama. Supaya lebih nikmat, sajian kopi sebaiknya selalu hangat. Sekarang sudah dijual cangkir kopi yang disambungkan ke USB di komputer untuk menjaga minuman tetap hangat. 4. Utamakan Keluarga Menurut para psikolog, keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kerja merupakan dasar untuk tetap sehat. Coba hitung berapa jam sehari Anda habiskan di kantor setiap pekan. Dari perhitungan itu, Anda akan mendapatkan gambaran realistis betapa tak seimbangnya hidup Anda. Jangan lewatkan peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga seperti ulang tahun pasangan dan anak-anak, juga ulang tahun perkawinan. 5. Miliki Hobi Percayalah, hobi itu bukan hanya milik kaum pensiunan. Hobi merupakan hal terbaik yang bikin pecandu kerja berhenti memikirkan pekerjaan. 6. Tinggalkan Pekerjaan di Kantor Berada di tengah keluarga tak ada artinya jika Anda masih memegang PDA untuk menjawab e-mail soal pekerjaan dan tak henti-hentinya memberikan instruksi lewat telepon genggam. Buat peraturan ketat yang bikin Anda meninggalkan semua tetek bengek pekerjaan di kantor. Jika perlu, Anda tinggal 15 menit lebih lama untuk menjawab semua e-mail yang masuk. Keluarga akan berterima kasih akan perhatian Anda untuk mereka. 7. Tidur Cukup Tidur cukup akan membantu Anda tetap efisien meskipun harus bekerja hingga larut malam. Sebaliknya, tidur siang selama 20 hingga 30 menit dapat menjaga Anda berada di puncak terus. Penelitian terakhir membuktikan bahwa tidur siang singkat merupakan cara mendapatkan energi kembali tanpa kesulitan tidur di malam hari. 8. Pilah-pilih Pekerjaan Bikin daftar tugas yang ingin Anda kerjakan seharian. Pastikan untuk memprioritaskan tugas-tugas dan terus membenahinya. Buat batas untuk jumlah tugas yang dilakukan seharian dan terus patuhi itu. Coba untuk mengatakan “tidak” ketika ditawari mengerjakan satu proyek tambahan, khususnya ketika Anda tak mau proyek yang lain jadi hancur berantakan sumber http://id.news.yahoo.com/kmps/20100520/tls-8-cara-jadi-workaholic-yang-sehat-8d16233.html

Senin, 17 Oktober 2011

Fraktur dan Penanganannya

I. PENGERTIAN FRAKTUR Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543) Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553). II. ETIOLOGI Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : 1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula. 3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. b. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut : 1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif. 2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri. 3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah. c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu : 1) Derajat I - luka kurang dari 1 cm - kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk. - fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan. - Kontaminasi ringan. 2) Derajat II - Laserasi lebih dari 1 cm - Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse - Fraktur komuniti sedang. 3) Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. c. Fraktur complete • Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal). d. Fraktur incomplete • Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang. e. Jenis khusus fraktur a) Bentuk garis patah 1) Garis patah melintang 2) Garis pata obliq 3) Garis patah spiral 4) Fraktur kompresi 5) Fraktur avulsi b) Jumlah garis patah 1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. 2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan 3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan. c) Bergeser-tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357). IV. PATOFISIOLOGI Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu : 1. Fase hematum • Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur • Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat 2. Fase granulasi jaringan • Terjadi 1 – 5 hari setelah injury • Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis • Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast. 3. Fase formasi callus • Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri • Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus 4. Fase ossificasi • Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh • Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah 5. Fase consolidasi dan remadelling • Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ). V. TANDA DAN GEJALA 1. Deformitas Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : a. Rotasi pemendekan tulang b. Penekanan tulang 2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur 3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous 4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5. Tenderness/keempukan 6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) 8. Pergerakan abnormal 9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah 10. Krepitasi (Black, 1993 : 199). VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type fraktur Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik 2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler 4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma 5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ). VII. PENATALAKSANAAN 1. Fraktur Reduction Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien. Peralatan traksi : o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek o Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang. 2. Fraktur Immobilisasi Pembalutan (gips) Eksternal Fiksasi Internal Fiksasi Pemilihan Fraksi 3. Fraksi terbuka  Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic prophylactic Immobilisasi (Smeltzer, 2001). MANAJEMEN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi : a. Sirkulasi Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus). b. Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis. c. Makanan / cairan Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi). d. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok. e. Keamanan Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam. f. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi). II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi : 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik. 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan. 6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi. III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20) Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40). Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi : 1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang - Klien tampak tenang. Intervensi dan Implementasi : a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri. d. Observasi tanda-tanda vital. R/ untuk mengetahui perkembangan klien e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri. 2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan. Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. - pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. - Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. Intervensi dan Implementasi : a. Rencanakan periode istirahat yang cukup. R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal. b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. Intervensi dan Implementasi : a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. c. Pantau peningkatan suhu tubuh. R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi. 4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang.. - melakukan pergerakkan dan perpindahan. - mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas. Intervensi dan Implementasi : g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit. Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol. Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. Intervensi dan Implementasi : a. Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi. e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen. 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan. Intervensi dan Implementasi: a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. IV. EVALUASI Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah : 1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan. 2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. 3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai 4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. 5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol 6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan. DAFTAR PUSTAKA Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : Philadelpia Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta. Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta. E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta. Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

TRAUMA

A. PENGERTIAN Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995). B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak. 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995). C. PATOFISIOLOGI Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- : 1. Trauma tumpul abdomen Kehilangan darah. Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri Iritasi cairan usus 2.Trauma tembus abdomen Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan pembekuan darah  Kontaminasi bakteri Kematian sel 1 & 2 menyebabkan : • Kerusakan integritas kulit • Syok dan perdarahan • Kerusakan pertukaran gas • Risiko tinggi terhadap infeksi • Nyeri akut (FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta) D. TANDA DAN GEJALA 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) : Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan pembekuan darah Kontaminasi bakteri Kematian sel 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Kehilangan darah.  Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995). E. KOMPLIKASI Segera : hemoragi, syok, dan cedera. Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001). F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995). G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.  Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan). Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995). MANAJEMEN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi : 1. Trauma Tembus abdomen Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan). Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.  Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen). Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok. Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan. Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien. 2. Trauma tumpul abdomen Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai berikut : • Metode cedera. • Waktu awitan gejala. • Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan. • Waktu makan atau minum terakhir. • Kecenderungan perdarahan. • Penyakit danmedikasi terbaru. • Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus. • Alergi. Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN 1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi. 2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif. a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf. b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan. c) Gunting baju dari luka. d) Hitung jumlah luka. e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar. 3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma. 4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan. a) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada. b) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi. c) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal. d) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan. 5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi. 6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah nkekeringan visera. a) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut. b) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah. 7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine. 8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik. 9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium. 10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk. a) Jahitan dilakukan disekeliling luka. b) Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka. c) Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan. 11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan. 12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial). 13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria. PENATALAKSANAAN DIRUANG PERAWATAN LANJUTAN B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) adalah : 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk. 2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit. 3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. 5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan. C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) meliputi : 1. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. Intervensi dan Implementasi : a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. c. Pantau peningkatan suhu tubuh. R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi. 2. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit. Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol. Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. Intervensi dan Implementasi : a. Pantau tanda-tanda vital. R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik. R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll. R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit. R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi. e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen. 3. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang - Klien tampak tenang. Intervensi dan Implementasi : a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri d. Observasi tanda-tanda vital. R/ untuk mengetahui perkembangan klien e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri. 4. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan. Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. - pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. - Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. Intervensi dan Implementasi : a. Rencanakan periode istirahat yang cukup. R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal. b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 5. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang.. - melakukan pergerakkan dan perpindahan. - mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas. Intervensi dan Implementasi : a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien. D. EVALUASI Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah : 1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. 2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol. 3. Nyeri dapat berkurang atau hilang. 4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. 5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. DAFTAR PUSTAKA Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta. Diposting oleh Patriani

Pendidikan Kesehatan Tentang Gejala dan Tanda Infesi

SATUAN PEMBELAJARAN Pokok Pembahasan : Cara perawatan luka dirumah Sub Pokok Bahasa : Pengertian infeksi Penyebab, tanda dan gejala Sasaran : Keluarga anak M Waktu : Jam 10.45 WIB Tempat : Di Ruang Dahlia Kamar 3 RSUD X Tujuan Instruktusional Umum Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga mampu untuk merawat luka dan membantu dalam proses penyembuhan luka. Tujuan Instruktusional Khusus Selama dilakukan pendidikan kesehatan selama 10 menit diharapkan keluarga mampu mengetahui : 1.Pengertian infeksi 2.Tanda dan gejala infeksi 3.Cara perawatan luka dalam proses penyembuhan luka di rumah Metode : Ceramah Alat Peraga : Leaflet Materi : Terlampir Sumber Pustaka : Sylvia A Prince : 1623 Schwartz : 47 edisi 6 1.Pengertian Infeksi adalah invasi atau masuknya mikro organisme patogen kedalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada penjamu terhadap organisme dan toksinnya. 2.Tanda dan Gejala Tanda – tanda infeksi meliputi : 1.Kalor : Merasa panas pada daerah yang terkena infeksi 2.Dolor : Merasa sakit pada daerah luka yang terinfeksi 3.Ruber : Rasa adanya kemerah – merahan pada kulit daerah luka yang terinfeksi 4.Tumor : Terjadinya bengkak pada area luka 5.Fungsio laesa : Gangguang fungsi gerak pada daerah yang terinfeksi 3.Cara perawatan luka dalam proses penyembuhan luka di rumah. 1.Mandi 2x sehari Daerah yang terbalut jangan sampai terkena air atau basah ( meningkatkan kelembaban pada kulit yang terbungkus ) 2.Makanan yang cukup mengandung protein atau tinggi kalori tinggi protein 3.Control balutan di petugas kesehatan atau instansi Rumah Sakit 4.Minum obat sesuai anjuran dokter.

Cedera Kepala

by sara Cedera kepala adalah keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma tertutup maupun trauma tembus (Satya Negara, 1998 : 59). Komutio cerebri adalah syndrome yang melibatkan bentuk ringan dari cidera otak yang menyebar. Terjadi disfungsi neurologis sementara dan bersifat dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran. Jika ada penurunan kesadaran mungkin pasien mengalami disorientasi dan bingung hanya dalam waktu singkat (Hudak dan Gallo, 1996 : 227). Menurut Mansjoer (2000 : 74) cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan skala Glasgow coma scale 15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala dapat terjadi abrasi, lacerasi, haematoma kepala dan tidak ada kriteria cidera sedang dan berat. Komotio cerebral adalah hilangnya fungsi neurologis sementara tanpa kerusakan struktur, komotio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit, getaran otak sedikit – sedikit saja hanya akan menimbulkan pusing atau berkunang – kunang dapat juga kehilangan kesadaran komplit,apabila jaringan otak atau lobus frontal terkena pasien dapat menunjukkan perilaku irasional yang aneh,dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan amnesia atau disorentasi (Brunner dan Suddarth, 2001 : 224). Etiologi Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan bahwa Penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma rudapaksa yang dibedakan menjadi 2 faktor yaitu: 1.Trauma primer Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi dan deselerasi) 2.Trauma sekunder Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik. Patofisiologi Patofisiologi menurut Markum (1999 : 24). trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju Galia aponeurotika sehingga banyak energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdural, maupun intracranial, perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan menyebabkan odema cerebral. Akibat dari haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan T.I.K (Tekanan Intra Kranial) merangsang kelenjar pituitari dan steroid adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya timbul rasa mual dan muntah dan anaroksia sehingga masukan nutrisi kurang (Satya negara 1998 : 122). Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale). Menurut Hudak and Gallow 1996:226 ) Penilaian kesadaran GCS ( glassgow coma scale ) 1.Eye opening Score : 4 : Dapat membuka mata sendiri secara spontan 3 : Membuka mata hanya bila diajak bicara 2 : Membuka mata bila dirangsang nyeri 1 : Tidak membuka mata dengan rangsangan apapun. 2.Motor respon Score : 6 : Dapat melakukan gerakan sesuai perintah 5 : Adanya getaran untuk menyingkirkan rangsangan 4 : Flexi yang cepat saja dibarengi abduksi bahu 3 : Flexi yang ringan dan adduksi bahu seperti pada dekortikasi 2 : Ekstensi lengan disertai adduksi endorotasi bahu,pronasi lengan 1 : Bawah seperti pada decerebresi rigidity. 3.Verbal respon Score : 5 : Sadar Orentasi waktu tempat dan orang tetap utuh 4 : Dapat diajak bicara tapi kacau jawabannya 3 : Tidak dapat diajak bicara mengeluarkan kata – kata yang tidak mengandung arti (masih berteriak). 2 : Mengeluarkan kata – kata mengerang / merintih 1 : Tidak bersuara sama sekali Cidera kepala ringan sesuai dengan penilaian GCS (Glassgow Coma Scale) : 13 – 15, cidera kepala ringan kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak dan haematoma. Pengkajian Fokus Berdasarkan Doenges (2000) pengkajian fokus meliputi : 1.Aktifitas atau istirahat Gejala : Merasa lemah, lelah, lesu, hilang keseimbangan Tanda : Perubahan kesadaran, latergi, ataksia atau cara berjalan tidak tegap, cidera orthopedi, kehilangan tonus otot. 2.Sirkulasi Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal perubahan frekwensi jantung 3.Integritas ego Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi. 4.Eleminasi Gejala : Inkotenensia kandung kemih / usus mengalami gangguan fungsi. 5.Makanan atau cairan Tanda : Muntah (mungkin proyektif ) gangguan menelan. Gejala : Mual / muntah dan mengalami perubahan selera. 6.Neuro sensori Gejala : Kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus, kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan . Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, kehilangan pengindraan, kejang, kehilangan sensasi sebagian tubuh. 7.Nyeri atau kenyamanan Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda. Tanda : Wajah menyeringi, respon menarik pada rangsang, nyeri yang hebat, gelisah. 8.Pernapasan Tanda : Perubahan pola napas, nafas bunyi ronchi 9.Keamanan Gejala : Trauma baru karena kecelakaan Tanda : Fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, gangguan dalam regulasi suhu tubuh. 10.Interaksi sosial Tanda : Afasia motoris atau sensoris, bicaraa tanpa arti disartria anomia. Manifestasi Klinis 1.Pada contosio segera terjadi kehilangan peredaran pada haematoma mungkin, hilang segera, atau bertahap. Dengan membesarnya haematoma atau membesarnya haematoma atau odema interstisium. 2.Pola pernapasan dapat segera progresif menjadi abnormal 3.Respon pupil mengkin lenyap, atau secara progresif mungkin memburuk. 4.Nyeri kepala dapat segera muncul atau seiring dengan peningkatan buruk. 5.Dapat timbul muntah – muntah akibat penekanan intracranial. 6.Perubahan perilaku dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan. 7.Motorik dapat timbul segera atau secara lambat. Pemeriksaan Penunjang Menurut FK UI ( 1999 : 27 ) 1.CT scan (Computer Tomography scan) Mengidentifikasi adanya hemoragic, ukuran ventrikuler, infark pada jaringan mati. 2.Foto tengkorak atau cranium Untuk mengetahui adanya fraktur pada tengkorak 3.MRI (Magnetic Resonan Imaging) Gunanya untuk sebagai pengindraan yang mempergunakan gelombang electromagnetic. 4.Laboratorium Kimia darah : mengetahui ketidakseimbangan elektrolit Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Linda Juall Carpenito (2000) 1.Kerusakan mobilitas fisik Difinisi : Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan imobilisasi Batasan karakteristik Mayor : Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam lingkungan (misal: mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulansi) keterbatasan ruang gerak Minor : Pembatasan gerak yang dipaksakan enggan untuk bergerak 2.Risiko tinggi terhadap infeksi Difinisi : Keadaan dimana individu beresiko terserang oleh agen patogenik atau oportunistic (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari sumber – sumber eksternal seperti sumber endogen atau eksogen. Batasan karakteristik. Mayor : Tempat masuknya organisme Minor : Trauma (Kecelakaan, Kesengajaan) 3.Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Definisi : Perubahan nutrisi terjadi dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan yang ade kuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolic. Batasan karakteristik Mayor : Individu yang tidak puas melaporkan atau mengalami masukan makanan tidak adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan atau kebutuhan. Minor : Berat badan 10% sampai 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh, lingkar kulit, ringkar lengan tengah dan ringkar otot pertengahan lebih kurang dari 60% standar pengukuran kelemahan otot dan nyeri tekan, penurunan albumin serum. 4.Perubahan perfusi jaringan cerebral Definisi : Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko suatu penurunan dalam nutrisi dan pernafasan pada tingkat selular disebabkan suatu penurunan dalam suplai darah kapiler. Batasan Karakteristik Mayor : Perubahan warna kulit (pucat, sianosis) Perubahan susunan kulit Minor : Odema, Perubahan dalam fungsi motorik dan sensorik 5.Perubahan proses pikir Definisi : Keadaan dimana individu mengalami suatu gangguan dalam suatu aktivitas, metal seperti berfikir sadar, orientasi, realitas, pemecahan masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping. Batasan Karakteristik Mayor : Tidak akuratnya interprestasi tentang stimulus, internal dan eksternal Minor : Kurang kognitif kecurigaan, delusi, halusinasi, fobia, pengelihatan, kebingunan 6.Resiko cidera Definisi : Keadaan dimana seorang individu beresiko terhadap cedera jaringan yang tidak disengaja (misal : Luka, luka bakar, fraktur) Batasan karakteristik Mayor : Vertigo, sincope Minor : Gaya berjalan yang tidak mantap, amputasi, cedera serebro vaskuler 7.Intoleransi aktivitas Definisi : Penurunan dalam kapasitas fisiologis seorang untuk melakukan aktifitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan Batasan karakteristik Mayor : Kelemahan, pusing, dispnea, keletihan akibat aktifitas, frekwensi pernafasan lebih dari 24, frekwensi nadi lebih dari 95 Minor : Pucat atau sianosis, confuse, vertigo 8.Perubahan kenyamanan Definisi : Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya Batasan karakteristik Mayor : Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan Minor : Respon otonom pada nyeri akut, peningkatan tekanan darah H.Konsep Tumbuh Kembang Tumbuh kembang pada usia lima tahun yang di diskripsikan oleh Cecily dan Linda. A Sowden (1996 : 549). 1.Karakteristik fisik Berat badan anak prasekolah bertambah 2 kg pertahun, tinggi badan penambahan 5 – 7 cm per tahun. 2.Perkembangan motoris kasar Melompat melewati tali, berlari tanpa kesulitan, bermain lompat tali dengan cukup baik, main tangkap. 3.Perkembangan motoris halus Sedikitnya dapat mengenali, dapat membedakan obyek berdasarkan beratnya, memerankan orang tua dan orang dewasa lainnya. 4.Perkembangan bahasa Mempunyai perbendaharaan kata sebanyak 2100 kata, memakai lima kata, memakai kata depan dengan kata penghubung, memakai kalimat lengkap, membuat kesalahan suara, dapat menyebut hari – hari dalam seminggu. 5.Perkembangan psikoseksual (tahap falik) Fokus tubuh, peningkatan kesadarannya akan organ seks dan minatnya dalam seksualitas. Sedikit banyaknya kecemburuan dan perilaku bervariasi sesuai pengalaman anak di masa lalu dan lingkungan keluarga. 6.Perkembangan psikososial Anak memperagakan peran seks yang sesuai mempelajari benar atau salah, menunjukkan eksperimentasi dengan ketrampilan baru dalam permainan, peningkatan aktifitas bermain. 7.Perilaku sosial Memandang orang tua sebagai figur yang penting, bersifat posesif ingin maunya sendiri, mampu bekerjasama dengan teman sebaya dan orang dewasa, meniru orang tua dan model peran orang dewasa lainnya. I.Fokus Intervensi Berdasarkan Doenges (2000) fokus intervensi meliputi : 1.Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penghentian darah oleh sel (haemoragi , haematoma ) odema cerebral, penurunan sistematik atau hipoxia. Tujuan : a.Pertahankan tingkat kesadaran b.Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial). Intervensi : a.Kaji status neurologis penyebab penurunan perfusi jaringan monitor GCS (Glassgow Coma Scale). Rasionalisasi : Dengan GCS (Glassgow Coma Scale) dapat mengetahui peningkatan atau penurunan keadaan klien untuk dijadikan standar dan kerusakan Neuro cerebral. b.Monitor tekanan darah Rasionalisasi : Kehilangan auto regulasi dapat mengikuti kerusakan vaskuarisasi cerebral lokal atau menyebar atau menyeluruh peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastol (nadi yang membesar merupakan tanda peningkatabn T.I.K (Tekanan Intra Kraneal). c.Kaji keadaan pupil Rasionalisasi : Kondisi penglihatan dapat mencerminkan keadaan untuk menentukan keadaan kerusakan pada otak secara mikroskopis. d.Identifikasi refleks batuk menelan dan eating Rasionalisasi : Ada tidaknya reflek neurologis dapat digunakan untuk menentukan trauma kepala berat ringan atau sedang. e.Pertahankan kepala leher pada posisi netral Rasionalisasi : Akan memperlancar aliran darah menuju ke otak. f.Palpasi adanya distensi kandung kemih konstipasi observasi adanya tanda kejang. 2.Nyeri berhubungan dengan iritasi atau tekanan syaraf fasospasme : peningkatan T.I.K (Tekanan Intra Kranial) Tujuan : a.Melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol b.Menunjukkan atau menggunakan perilaku untuk mengurangi pertumbuhan. Intervensi : a.Kaji tingkat nyeri, catat intensitas karakteristik nyeri Rasionalisasi : Merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien atau identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan dengan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intensitas yang cocok untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan. b.Monitor tanda – tanda vital Rasionalisasi : Untuk mengetahui adanya komplikasi lebih lanjut sehingga dapat ditentukan tindakan selanjutnya. c.Ajarkan teknis distraksi dan relaksasi Rasionalisasi : Merupakan ketegangan otot yang dapat merangsang timbulnya sakit kepala. d.Berikan kompres hangat pada daerah leher dan kepala Rasionalisasi : Meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan relaksasi dalam mengurangi ketegangan e.Ciptakan lingkungan yang tenang Rasionalisasi : Menurunkan stimulus yang berlebihan yang dapat menurunkan sakit kepala. 3.Pola nafas tak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler kerusakan persepsi dan kognisi obstruksi tracheo bronchiale. Tujuan : a.Mempertahankan pola nafas normal atau efektif dan bebas sianosis b.Menunjukkan analisa gas darah normal. Intervensi : a.Monitor frekwensi irama dan kedalaman pola nafas Rasionalisasi : Perubahan respirasi dapat merupakan indikasi terjadinya komplikasi pernafasan. b.Mengatur posisi tidur sesuai aturannya posisi miring sesuai indikasi Rasionalisasi : Meningkatkan ekspansi paru menentukan resiko obstruksi jalan nafas. c.Isap lendir bila perlu catat karakteristik dan warna secret Rasionalisasi : Suction dapat mengeluarkan secret apabila pasien dalam keadaan koma untuk membersihkan jalan nafas. d.Auskultasi jalan napas Rasionalisasi : Sebagai identifikasi odema paru sehingga antelektasis obstruksi jalan napas, resiko kekurangan oksigen cerebral dan infeksi paru umum trauma kepala. e.Berikan oksigen 1 – 2 liter/menit bila perlu Rasionalisasi : Untuk mencegah dan menemukan atelektasis 4.Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien, kelemahan otot mengunyah, menelan, status hipermetabolic. Tujuan : a.Mendemonstrasikan atau kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan. b.Tidak mengalami tanda – tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium normal. Intervensi : a.Kaji kemampuan mengunyah dan menelan Rasionalisasi : Karena berhubungan dengan kemungkinan aspirasi sebagai pertimbangan dalam memberi makanan. b.Auskultasi bising usus Rasionalisasi : Fungsi gastro intestinal berhubungan erat dengan klien cidera kepala sehingga bising usus dapat mendeteksi respon kearah komplikasi atau tidak. c.Timbang berat badan sesuai dengan ndikasi Rasionalisasi : Sebagai evaluasi adekuat dalam mendeteksi adanya terapi dalam pemenuhan nutrisi. d.Berikan makanan dalam jumlah kecil dan sering Rasionalisasi : Mencegah reflek muntah atau regulasi e.Kaji muntah atau feces atau cairan lambung Rasionalisasi : Reaksi akut, sub akut perdarahan mungkin dapat terjadi sehingga dapat menentukan intervensi. 5.Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan kulit rusak, prosedur invasif. Tujuan : a.Mempertahankan homeostasis, bebas tanda – tanda infeksi b.Mencapai penyembuhan tepat waktu bila ada luka. Intervensi : a.Berikan perawatan septik dan anti septik Rasionalisasi : Menghindari infeksi nosokomial. b.Observasi daerah yang mengalami kerusakan atau luka. Rasionalisasi : Deteksi dini perkembangan infeksi melaksanakan tindakan yang segera dan mencegah terhadap komplikasi selanjutnya. c.Pantau suhu tubuh secara teratur. Rasionalisasi : Peningkatan suhu tubuh dapat mencurigai adanya sepsis pertahankan integritas kulit d.Kaji warna kejernihan urine Rasionalisasi : Sebagai indikator dari perkembangan infeksi pada saluran kemih e.Batasi pengunjung Rasionalisasi : Menurunkan pemanjaan terhadap kuman penyebab infeksi. 6.Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler penurunan kekuatan dan ketahanan kehilangan kontrol atau koordinasi otot kerusakan kognitif Tujuan : a.Klien dapat mendemonstrasikan teknik atau perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri b.Klien dapat melakukan perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri. Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi atau komonitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan Intervensi : a.Kaji tingkat kemampuan pasien Rasionalisasi : Membantu dan mengaktifikasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individu. b.Menghindari sesuatu yang klien dapat lakukan sendiri tapi bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan. Rasionalisasi : Memberikan manfaat dan mencegah frustasi adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri, untuk mempertahandan diri sendiri dan peningkatan pemulihan. c.Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari. d.Libatkan keluarga dalam perawatan dan pemenuhan sehari – hari e.Berikan umpan balik positif untuk usahan yang diberikan Rasionalisasi : Meningkatkan perasaan harga diri peningkatan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinyu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...