Kamis, 21 Juni 2012
Ringkasan Patofisiologi Darah 2
PATOFISIOLOGI DARAH 2
Dr. Suparyanto, M.Kes
http://dr-suparyanto.blogspot.com
PATOFISIOLOGI DARAH 2
LEUKOSIT
Fungsi utama leukosit pertahanan melawan infeksi
Macam leukosit: granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil), agranulosit (limfosit dan monosit)
Leukositosis: jumlah lekosit lebih dari normal (>10.000/mm3)
Leukopenia: jumlah leukosit kurang dari normal (<5.000/mm3)
GANGGUAN LEUKOSIT
LEUKEMIA
Leukemia → penyakit neoplastik sumsum tulang (proliferasi lekopetik)
Tanda: diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoitik (sel limfoblast) di sumsum tulang
Klasifikasi berdasarkan FAB (French-American-British)
Leukemia Limfoblastik akut (banyak pada anak)
Leukemia Mieloblastik akut (banyak pada dewasa)
ETIOLOGI LEUKEMIA
Penyebab dasar tidak diketahui
Jarang familial (meningkat pada saudara kandung)
Radiasi
Zat kimia (benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon, agen antineoplastik)
LEUKEMIA AKUT
Proliferasi sistem lekopetik →
Mendesak sistem eritropetik →anemia
Mendesak trombopetik → trombopeni
Gejala:lemah, demam, anoreksia, nyeri pada sendi
Tanda: pucat, purpura, splenomegali, hepatomegali, limfadenopati
Gejala klinis:
Penurunan sel hematopoitik (granulosit dan trombosit) Infeksi (selulitis, pneumonia, infeksi oral, abses perirektal, septikemia) dan perdarahan
Menggigil, demam, takikardi, takipnea Pengobatan: kemoterapi, transplantasi sumsum tulang
Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau Leukemia Mielositik Kronik (LMK) → 15% pada dewasa Gangguan mieloproliferatif (mieloblast) sumsum tulang
Kromosom Philadelphia (Ph) → merupakan contoh perubahan sitogenetik pada 85% pasien leukemia mieloid kronik, leukemia limfoid atau mielositik akut
LEUKEMIA KRONIK
Gejala: hipermetabolik: kelelahan, penurunan BB, tidak tahan panas, splenomegali, anemia, takikardia, pucat, nafas pendek
Pengobatan: kemoterapi, transplatasi sumsum tulang
LIMFOMA
Limfoma → keganasan sistem limfatik
Penyebab: tidak diketahui, imunodefisiensi, terpapar herbisida, pestisida, pelarut organik (benzen)
Berdasarkan histopatologi mikroskopik dan kelenjar limfe yang terserang dibedakan: limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin
STADIUM LIMFOMA HODGKIN
Stadium 1: mengenai satu regio kelenjar limfe
Stadium 2: mengenai dua atau lebih kelenjar limfe berdekatan atau 2 kel limfe berjauhan
Stadium 3: mengenai diatas dan dibawah diafragma, tetapi masih terbatas pada kel limfe
Stadium 4: keterlibatan difus organ ekstralimfatik (sumsum tulang, hati)
LIMFOMA HODGKIN
Penyebab: belum diketahui
Gambaran histologis: sel Reed Sternberg yang merupakan sel berinti dua atau lebih nukleoli besar (ciri khas limfoma Hodgkin)
Gejala: pembesaran kel limfe (servikal dan supraclavikular) teraba seperti karet, tidak nyeri tekan, batuk kering, nafas pendek, demam, keringat malam, anoreksia, kakeksia, kelelahan Pengobatan: kemoterapi
LIMFOMA NON HODGKIN
70% → berasal dari sel B
Gejala: demam, penurunan BB, keringat malam, limfadenopati difus tanpa sakit, efusi pleura, anoreksi, mual, hematemesis
Pengobatan: kemoterapi
MULTIPLE MIELOMA
Multiple mieloma: neoplastik sel plasma
Manifestasinya adalah proliferasi sel plasma imatur dan matur dalam sumsum tulang
Penyebab: tidak diketahui
Gambaran diagnosa: >10% sel plasma di sumsum tulang
Sel plasma dalam tulang atau biopsi jaringan lunak
Adanya protein mieloma pada imunoelektroforesis urine atau plasma
Adanya lesi tulang pada radiogram rangka
Hapusan perifer ditemukan sel mieloma
Gejala:
Tumor atau asimtomatis, anemia, hiperkalsemia
Peningkatan globulin abnormal → gangguan penglihatan, sakit kepala, mengantuk, mudah marah, kebingungan
Perdarahan, nyeri tulang (destruksi dan faktur patologis)
Pengobatan: kemoterapi
HEMOSTASIS
Hemostasis dan koagulasi adalah serangkaian komplek reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cidera
Bekuan diikuti oleh resolusi (lisis bekuan) dan regenerasi endotel
FAKTOR PEMBEKUAN
I →Fibrinogen
II → protrombin
III → Tromboplastin
IV → kalsium
V → Akselerator plasma globulin
VII → Akselerator konversi proteombin serum
VIII → Globulin anti hemolitik
IX → Faktor Christmas
X → Faktor Stuart Prower
XI → Pendahulu Tromboplastin Plasma
XII → Faktor Hageman
XIII → Faktor Penstabil Fibrin
Faktor pembekuan, kecuali faktor III (tromboplastin jaringan) dan faktor IV (Calsium) → merupakan protein plasma yang berada dalam sirkulasi
Tromboplastin jaringan (Faktor III) → dilepas oleh pembuluh darah yang cedera → disebut Faktor Ekstrinsik
Faktor Instrinsik → faktor pembekuan yang ada dalam plasma darah
HEMOSTASIS
Hemostasis dan koagulasi melindungi individu dari perdarahan masif akibat trauma
Pada keadaan abnormal, dapat terjadi perdarahan yang mengancam jiwa atau trombosis yang menyumbat cabang pembuluh darah
Pada saat cedera, tiga proses utama yang menyebabkan hemostasis adalah:
Vasokonstriksi sementara
Reaksi trombosit yang terdiri atas adhesi, reaksi pelepasan, dan agregasi trombosit
Aktivasi faktor pembekuan
Koagulasi dimulai dalam keadaan homeostatik oleh cedera vaskuler
Vasokontriksi merupakan respon segera terhadap cedera, diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen didalam dinding pembuluh darah yang cedera
ADP (agregasi adenosin difosfat) dilepas oleh trombosit yang menyebabkan agregasi
Trombin merangsang agregasi trombosit
Faktor III trombosit juga mempercepat pembekuan plasma
BAGAN FASE KOAGULASI
HEMOSTASIS
Setelah pembentukan bekuan, penghentian pembekuan darah lebih lanjut penting untuk menghindari keadaan trombotik yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh pembentukan bekuan sistemik yang berlebihan
Antikoagulan yang terdapat secara alami adalah antitrombin III (ko-faktor heparin), protein C dan S
Sistem fibrinolitik diaktivasi oleh trombin yang ada didalam sirkulasi, yang memecah fibrinogen menjadi monomer fibrin
Aktivasi trombin yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya fibrinogen, trombositopenia, berkurangnya faktor koagulasi, dan fibrinolisis
HEMOFILIA
Hemofilia → gangguan koagulasi herediter → berepisode sebagai perdarahan intermiten
Hemofilia → akibat mutasi gen faktor VIII (Hemofili A) atau faktor IX (Hemofili B) → kedua gen terletak di kromosom X → gangguan resesif terkait X
Pengobatan: meningkatkan faktor VIII atau IX dan mencegah komplikasi
PENYAKIT VON WILLEBRAND
Penyakit Von Willebrand → gangguan koagulasi herediter (autosomal resesif)
Terjadi penurunan Faktor VIII
Pengobatan: meningkatkan faktor VIII
DIC (DISEMINATA INTRAVASKULER COAGULATION)
DIC → merupakan sindrom kompleks, dimana plasma darah yang harusnya cair berubah jadi bekuan akibat terbentuknya trombi fibrin difus, yang menyumbat mikrovaskuler tubuh
DIC disebabkan masuknya aktivator koagulasi (tromboplastin) kedalam sirkulasi: solusio plasenta, tumor, luka bakar, cedera remuk
Pengobatan: Heparin (antikoagolan)
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC, edisi 6
Label: Aktifitas,
darah,
fungsi utama leukosit,
patofisiologi darah
Ringkasan Patofisiologi Darah 1
PATOFISIOLOGI DARAH 1
Oleh Dr. Suparyanto, M.Kes
http://dr-suparyanto.blogspot.com
PATOFISIOLOGI DARAH 1
DARAH
Darah merupakan CES, sebagai medium pertukaran zat antar sel didalam tubuh dan lingkungan interna
Darah terdiri komponen sel dan cairan
Cairan darah disebut plasma terdiri 91% air dan 9% zat padat
Fungsi plasma sebagai medium transport
KOMPONEN PLASMA DARAH
Protein: albumin, globulin,
Faktor pembekuan: fibrinogen, trombin
Enzim, hormon
Unsur organik: lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa
Unsur anorganik: mineral
KOMPONEN SEL DARAH
Eritrosit: transport O2 dan CO2
Leukosit: imunitas (fagositosis)
Trombosit: hemostasis (pembekuan)
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis: proses pembentukan dan pematangan sel darah
Induk sel darah: sel pluripoten
Proeritroblas → calon eritosit
Megakarioblast → calon trombosit
Monoblas → calon monosit
Meiloblas → calon lekosit bergranula (neutrofil, basofil, eosinofil)
Limfoblas → calon leukosit B dan T
Sel pluripoten → proeritroblas → normoblas basofilik → normoblas polikromatofilik → normoblas ortokromatik → retikulosit →eritrosit
Sel pluripoten → megakarioblas → promegakariosit →megakariosit → trombosit
Sel pluripoten → promonosit → monosit
Sel pluripoten → meioblas → promeilosit → pecah jadi 3 macam sel
Promeilosit → meilosit eosinofilik → eosinofil
Promeilosit → meilosit neutrofilik → metameilosit neutrofilik →neutrofil batang → neutrofil segmen
Promeilosit → meilosit basofilik → basofil
Sel pluripoten → limfoblas → prolimfosit → pecah jadi 2 macam sel
Prolimfosit → bursa ekuivalen → limfosit B → sel plasma
Prolimfosit → timus → limfosit T
PEMERIKSAAN DARAH
Hitung sel darah
Eritrosit: 3,6 –5,4 juta /mm3. (polisitemia → diatas normal, anemia → dibawah normal)
Leukosit: 5.000 – 10.000 /mm3, (lekositosis → diatas normal, lekositopenia →dibawah normal)
Trombosit: 150.000 – 350.000 /mm3 (trombositosis → diatas normal, trombositopenia →dibawah normal)
MORFOLOGI SEL DARAH
Anisositosis → menyatakan variasi ukuran sel yang abnormal
Poikilositosis → variasi bentuk sel yang abnormal
Polikromasia → eritrosit yang memiliki distribusi warna yang berbeda
Normokromia → warna normal, mencerminkan kadar Hb yang normal dalam eritrosit
Hipokromia → warna pucat, anemia
HEMOGLOBIN
Zat warna darah (dalam eritrosit)
Jumlah normal laki-laki : 13,5 – 17,5 g/dl, sedang pada wanita : 12 – 16 g/dl
Jumlah kurang dari normal: anemia
Macam hemoglobin:
HbA: hemoglobin dewasa normal
HbF: hemoglobin fetal
HbS: hemoglobin sel sabit
Hb: hemoglobin Memphis
PEMERIKSAAN DARAH
Hematokrit / volume packed sel: volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit
Normositik: ukuran sel normal
Mikrositik: ukuran sel kecil
Makrositik: ukuran sel besar
Hitung retikulosit: mencerminkan aktifitas sumsum tulang
Retikulosit: eritrosit imatur
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang: untuk memperkirakan dosis kemoterapi dan terapi radiasi pada penderita keganasan hematologik
Analisis sitogenetik perlu untuk diagnosis, pengobatan, respon pengobatan dan potensi remisi (penyembuhan)
ERITROSIT
Bentuk lempeng bikonkaf, tidak berinti, dilapisi membran tipis.
Jumlah normal eritrosit : 3,6 –5,4 juta /mikro liter.
Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoitin (dibuat ginjal)
Umur eritrosit kira-kira 120 hari
GANGGUAN ERITROSIT
Anemia: jumlah kurang dari normal
Polisitemia: jumlah eritrosit yang terlalu banyak
Anemia bukan diagnosa, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
Gejala anemia: pucat, tachikardi, bising jantung, angina, iskemia miokard, dispnea, kelelahan
MACAM ANEMIA (KLASIFIKASI MORFOLOGIK)
Anemia normokromik normositik → warna normal (Hb), bentuk normal
Causa: kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronis (infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, metastase pd sumsum tulang)
Anemia normokromik makrositik → warna normal (Hb), bentuk besar
Penyebab : defisiensi vit B12, asam folat, kemoterapi kanker
Anemia hipokromik mikrositik: warna kurang (Hb), bentuk kecil
Causa: defisiensi besi, sideroblastik (siderosit: eritosit muda pada sumsum tulang), kehilangan darah banyak, thalasemia (gangguan sintesa globin)
Peningkatan hilangnya eritrosit
Perdarahan → trauma, ulkus, polip, keganasan, hemoroid, menstruasi
Penghancuran eritrosit (hemolisis) → anemia sel sabit, thalasemia (gangguan sintesis globin), sferositosis (gangguan membran eritrosit), defisiensi enzim (G6PD, piruvatkinase), transfusi, malaria, hipersplenisme, luka bakar, katup jantung buatan
Gangguan produksi eritrosit (diseritropoiesis)
Keganasan: metatastik, leukemia, limfoma, meiloma multiple, reaksi obat, zat kimia toksik, radiasi
Penyakit kronis: ginjal, hati, infeksi, defisiensi endokrin, defisiensi vit B12, asam folat, vit C, besi
ANEMIA APLASTIK
Anemia aplastik → gangguan pada sel induk di sumsum tulang, produksi sel-nya tidak mencukupi
Mengancam jiwa
Causa: kongenital, idiopatik, virus
Pansitopenia
Eritrosit normokromik normositik
Gejala:
Anemia: lelah, lemah, nafas pendek
Trombositopenia: ekimosis dan petekie (perdarahan dibawah kulit), epistaksis (mimisan), perdarahan saluran cerna, kemih dan kelamin, sistem saraf
Lekopenia: kerentanan dan keparahan infeksi (bakteri, virus dan jamur)
Pengobatan:
Transplantasi sumsum tulang
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Morfologis: mikrositik hipokromik
Causa: menstruasi, hamil, asupan besi kurang, vegetarian, gangguan absorbsi (gastrektomi), perdarahan (polip, neoplasma, gastritis, varises esofagus, hemoroid)
Gejala: anemi, rambut halus dan rapuh, kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonikia), atropi papila lidah, stomatitis
Pengobatan: asupan besi, menghilangkan causa
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Morfologis: makrositik normokromik
Causa: defisiensi vitamin B12, asam folat, malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit (cacing), penyakit usus, keganasan
Sumber asam folat: daging, hati, sayuran hijau
Gejala: anemia, glositis (lidah meradang dan nyeri), diare, anoreksia
Pengobatan: asupan asam folat
ANEMIA SEL SABIT
Causa: hemoglobinopati (kelainan struktur) → penyakit genetik autosom resesif
Anemia hemolitik kongenital
Gejala: anemia, infark (penyumbatan),daktilitis (radang tangan, kaki), takikardi, bising, kardiomegali, dekom kordis, stroke, icterus, kolelitiasis
Pengobatan: pencegahan dan simtomatis
POLISITEMIA
Polisitemia → kelebihan eritrosit
Polisitemia primer atau vera adalah gangguan meiloproliferatif → yaitu sel induk pluripoten abnormal
Polisitemia skunder terjadi jika volume plasma di dalam sirkulasi berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume total eritrosit didalam sirkulasi normal
REFERENSI
Price, Wilson (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC, edisi 6
Label: Aktifitas,
CES,
darah,
fosfolipid,
glukosa,
kolesterol,
lemak netral,
lingkungan interna,
patofisiologi,
sel dan cairan,
tubuh,
zat
Langganan:
Postingan (Atom)