1
Definisi
Perilaku
merupakan respon atau reaksi yang ditunjukkan oleh individu dalam menghadapi
respon dari luar, bentuknya berupa kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati
maupun tidak (24).
Menurut
Notoatmodjo, perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (24):
a
Perilaku
tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup (covert behavior) merupakan bentuk respon
seseorang yang sifatnya tertutup, respon yang diberikan masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pngetahuan / kesadaran dan sikap, sehingga belum dapat
diamati secara jelas. Misalnya, seorang wanita penjaja seks tahu tentang
pentingnya skrining IMS secara rutin.
b
Perilaku terbuka (overt behavior)
Pada perilaku terbuka, respon
yang ditunjukkan dalam menanggapi stimulus sudah dapat diamati secara nyata
dengan suatu tindakan (practice).
Misalnya, WPS melakukan skrining IMS secara rutin ke Klinik ASA PKBI.
2
Domain Perilaku
Ada dua hal
yang menyebabkan perbedaan perilaku seseorang dengan orang yang lain dengan
pemberian stimulus yang sama. Hal tersebut disebut dengan determinan perilaku,
diantaranya (24):
a
Determinan
internal, merupakan karakteristik seseorang yang sifatnya bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, emosi, jenis kelamin, dan sebagainya.
b
Determinan
eksternal, merupakan lingkungan individu, baik lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Biasanya determinan eksternal lebih dominan.
3
Indikator Perubahan Perilaku
Kegiatan
penyuluhan, pendampingan dan usaha lain yang dilakukan oleh ASA PKBI merupakan
usaha untuk melakukan perubahan perilaku pada WPS dari perilaku yang kurang
sehat ke perilaku yang lebih sehat dengan melakukan skrining IMS yang merupakan
deteksi dini terhadap IMS.
Untuk
mengukur keberhasilan, dapat dilihat dari (24):
a
Pengetahuan
Untuk
melakukan perubahan perilaku yang kurang sehat ke perilaku sehat, maka
seseorang harus tahu alasan ‘apa’ dan ‘mengapa’ dari apa yang dilakukannya,
sehingga bisa menimbang keuntungan atau manfaat dan kerugian yang diperoleh
dari perubahan perilaku tersebut.
Pengetahuan
yang perlu ditekankan, diantaranya :
1) Pengetahuan tentang penyakit yang
berhubungan misalnya tentang IMS, meliputi penyebab IMS, gejala atau tanda IMS,
cara pengobatan dan cara mendapatkan layanan pengobatan dan perawatan, cara
penularan, dan cara pencegahan IMS.
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan
kesehatan dan cara hidup sehat, dalam konteks IMS beberapa hal yang perlu
diketahui adalah bagaimana cara penggunaan kondom yang benar, cara menjaga
kebersihan diri, menghindari Douching Vagina atau sejenisnya (25), mengenali
pasangan seksual akan tanda-tanda IMS, dll.
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan,
misalnya dengan memanfaatkan skrining IMS di klinik ASA PKBI.
b
Sikap
Sikap
merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau objek, dalam hal ini
merupakan penilaian WPS tehadap anjuran melakukan pemeriksaan skrining secara
rutin yaitu 2 minggu sekali.
c
Tindakan
(practice)
Tindakan
atau practice, merupakan tahapan
akhir dari proses perubahan perilaku, diharapkan bahwa seseorang setelah tahu,
menilai dan menyikapi, maka seseorang tersebut akan melakukan suatu tindakan.
Notoatmodjo
(24) menjelaskan bahwa berdasarkan teori perilaku dari Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu:
a
Faktor
predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor predisposisi
meliputi pengetahuan, sikap terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan seseorang, sistem nilai yang dianut, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya persepsi yang dapat
memfasilitasi atau menghindarkan motivasi untuk berubah. Contoh: para WPS yang
yang tidak melakukan pemeriksaan skrining secara rutin memiliki kepercayaan
bahwa sebelum ada tanda-tanda yang nyata terhadap adanya IMS, maka skrining
tidak begitu penting.
b
Faktor
pemungkin (Enabling Factor)
Faktor pemungkin meliputi
ketrampilan, sumber-sumber, atau hambatan-hambatan yang dapat membantu atau
menghindarkan perubahan perilaku yang diinginkan. Faktor ini ditunjukkan
seperti adanya sarana atau rintangan, fasilitas-fasilitas, sumber-sumber
perseorangan atau komunitas contohnya pendapatan atau asuransi kesehatan, hukum
dan undang-undang. Ketrampilan juga merupakan faktor pemungkin yang dibutuhkan
untuk terjadinya perilaku yang diinginkan.
c
Factor
penguat (Reinforcing Factor)
Faktor ini meliputi sikap dan
perilaku dari petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk juga
undang-undang dan peraturan yang terkait dengan kesehatan sebagai penguat. Meliputi
penerimaan pujian atau penghargaan, dan feed
back yang diterima oleh individu dari orang lain yang dapat mendorong atau
menghambat untuk melanjutkan perilaku.
4
Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu (24) :
a
Perubahan
alamiah (natural change)
Perubahan
perilaku manusia disebabkan karena perubahan atau kejadian alamiah. Apabila
dalam masyarakat terjadi perubahan ekonomi, sosial, budaya atau bahkan
lingkungan fisik, makaanggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami
perubahan.
b
Perubahan
terencana (planned change)
Perubahan
terencana terjadi karena direncanakan sendiri oleh subjek.
c
Kesediaan
untuk berubah (readdiness to change)
Perubahan
terjadi karena adanya inovasi atau program-program pembangunan dalam
masyarakat. Perubahan ini bisa bersifat cepat atau dapat juga bersifat lambat
tergantung pada perbedaan kesediaan berubah pada masing-masing orang yang
berbeda.
5
Strategi Perubahan Perilaku
Usaha-usaha
konkret dan positif sangat diperlukan di dalam program-program kesehatan, agar
diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan. WHO
menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk melakukan perubahan
perilaku dengan cara (24) :
a
Menggunakan
kekuatan, kekuasaan atau dorongan
Perubahan perilaku dilakukan dengan cara
dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga mereka mau melakukan atau
berperilaku seperti yang diharapkan. Strategi ini ditempuh dengan menetapkan
sebuah peraturanatau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh segenab
anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat,
namun perubahan tersebut belum tentu dapat berlangsung lama karena perubahan
perilaku yang terjadi tidak didasari oleh kesadaran sendiri.
b
Pemberian
informasi
Pemberian
informasi kepada masyarakat diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran yang
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Strategi pemberian informasi membutuhkan waktu yang lama, namun
perubahan yang dicapai akan bersifat tetap karena didasari oleh pemahaman dan
kesadaran dari individu sendiri.
c
Diskusi
partisipasi
Dengan
diskusi partisipan, pemberian informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah
saja, namun bersifat dua arah dimana masyarakat tidak hanya menerima infrmasi
kesehatan secara pasif akan tetapi juga ikut aktif berpartisipasi dalam diskusi
yang diikutinya. Dengan demikian maka pengetahuan dasar yang mereka miliki
sebelumnya menjadi lebih mantap dan mendalam, sehingga akan menguatkan
perubahan perilaku. Strategi ini tentu saja memakan waktu yang lebih lama dari
strategi yang kedua, namun hasilnya akan jauh lebih baik.
Sumber: Notoatmodjo., S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar